Ini
adalah hari kesekian aku memimpikan mu. Entah terlalu lelah atau hanya sebuah
bunga tidur saja, tetapi yang jelas engkau begitu nyata dalam mimpiku. Hingga entah
mengapa aku begitu terpesona dan menganggap semua itu nyata.
Membuat
ini terpisah memang bukan hal yang mudah bagiku, sangat menyiksa dan sungguh
sangat menyakitkan. Namun inilah pilihan dengan segala resikonya, setelah aku
membuat pilihan yang salah, kini aku mencoba membuat pilihan baru, dengan
resiko aku kehilanganmu selamanya. Tak perduli seberapa besar resiko itu, toh
pada awalnya saja aku telah membuatnya menghilang. Persahabatan 14 tahun dan
kebahagiaan saat bersama dan rasa sebagai keluarga. Semua sudah hancur saat aku
salah memilih pada pilihan awal, dan pilihan ini merupakan taruhan terakhirku.
Setiap
dari kita perlu merasakan kehilangan
agar tahu artinya keberadaan. Aku selalu berusaha ada, dan mungkin ini saat nya
aku menjadi tiada. Agar aku dan kamu bisa tahu seberapa butuhnya kita satu sama
lain. Tak perduli sakitnya, namun aku lebih memilih menjadi diam meski aku
harus mengakui, aku sangat membutuhkanmu.
Aku
tak akan membebanimu dengan cinta “lagi” sedang sebuah kata saja sudah membuat
kita terpisah. Aku seperti tak mengenal dirimu lagi, padahal aku tahu siapa dan
apa dirimu. Kau begitu berbeda, sejak aku hancurkan semua. Seandainya saja hari
itu tak ada, aku hanya akan meminta kamu untuk selalu ada saja, cukup. Pesan terakhirmu
membuatku kecewa tapi tak pernah bisa aku membencinya, karena aku sadar ini
adalah suratan Tuhanku. Hanya sedikit air mata untuk menggambarkan bahwa memang
aku seorang manusia biasa.
Kita
memang begitu berbeda dalam semua awalnya hingga kita anggap perbedaan itu
adalah sebuah kesamaan antara kita nantinya. Namun waktu telah menghapus semua.
Menjadikan kita pada pribadi yang berbeda.
Aku
hanya ingin menjadi setitik embun dipagimu sekali lagi saja, menjadi tisu di
tetesan air matamu, menjadi awan di terikmu dan menjadi sebuah harapan di kala
hampamu.
Biarkan
aku menjadi lilin di gelapmu, hingga habis waktuku dan jangan pernah kau tiup
meski terang telah hamprimu. Biarkan aku menjadi wajah romantis diantara kau
dengan yang lainnya hingga habis masaku.
Namun
seandainya itu tak cukup, biarkan aku menjadi bencimu selamanya, setidaknya
hatimu telah menyimpan namaku meski kelak aku tiada.
Satu
kata yang kudaptkan darimu adalah “syukur” karena kau telah membawaku pada
sebuah pelarian yang andai kau tak pernah membuatku sehancur ini, aku tak akan
pernah mencoba sebuah pelarian yang membuatku menemukan arti dari keberadaanku
saat ini.
Kau
adalah anugrah terbaik yang Tuhan kirimkan padaku setelah keluargaku dan
semenjak pertemuan kita. Ada sebuah asa, Mungkin nanti kita akan seperti dulu
lagi. Merajut cerita yang pernah kita lalui bersama.
Kau,
Aku dan film kita J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar