Minggu, 26 Mei 2013

Mimpiku

             Ini adalah hari kesekian aku memimpikan mu. Entah terlalu lelah atau hanya sebuah bunga tidur saja, tetapi yang jelas engkau begitu nyata dalam mimpiku. Hingga entah mengapa aku begitu terpesona dan menganggap semua itu nyata.
            Membuat ini terpisah memang bukan hal yang mudah bagiku, sangat menyiksa dan sungguh sangat menyakitkan. Namun inilah pilihan dengan segala resikonya, setelah aku membuat pilihan yang salah, kini aku mencoba membuat pilihan baru, dengan resiko aku kehilanganmu selamanya. Tak perduli seberapa besar resiko itu, toh pada awalnya saja aku telah membuatnya menghilang. Persahabatan 14 tahun dan kebahagiaan saat bersama dan rasa sebagai keluarga. Semua sudah hancur saat aku salah memilih pada pilihan awal, dan pilihan ini merupakan taruhan terakhirku.
            Setiap dari  kita perlu merasakan kehilangan agar tahu artinya keberadaan. Aku selalu berusaha ada, dan mungkin ini saat nya aku menjadi tiada. Agar aku dan kamu bisa tahu seberapa butuhnya kita satu sama lain. Tak perduli sakitnya, namun aku lebih memilih menjadi diam meski aku harus mengakui, aku sangat membutuhkanmu.
            Aku tak akan membebanimu dengan cinta “lagi” sedang sebuah kata saja sudah membuat kita terpisah. Aku seperti tak mengenal dirimu lagi, padahal aku tahu siapa dan apa dirimu. Kau begitu berbeda, sejak aku hancurkan semua. Seandainya saja hari itu tak ada, aku hanya akan meminta kamu untuk selalu ada saja, cukup. Pesan terakhirmu membuatku kecewa tapi tak pernah bisa aku membencinya, karena aku sadar ini adalah suratan Tuhanku. Hanya sedikit air mata untuk menggambarkan bahwa memang aku seorang manusia biasa.
            Kita memang begitu berbeda dalam semua awalnya hingga kita anggap perbedaan itu adalah sebuah kesamaan antara kita nantinya. Namun waktu telah menghapus semua. Menjadikan kita pada pribadi yang berbeda.
            Aku hanya ingin menjadi setitik embun dipagimu sekali lagi saja, menjadi tisu di tetesan air matamu, menjadi awan di terikmu dan menjadi sebuah harapan di kala hampamu.
            Biarkan aku menjadi lilin di gelapmu, hingga habis waktuku dan jangan pernah kau tiup meski terang telah hamprimu. Biarkan aku menjadi wajah romantis diantara kau dengan yang lainnya hingga habis masaku.
            Namun seandainya itu tak cukup, biarkan aku menjadi bencimu selamanya, setidaknya hatimu telah menyimpan namaku meski kelak aku tiada.
            Satu kata yang kudaptkan darimu adalah “syukur” karena kau telah membawaku pada sebuah pelarian yang andai kau tak pernah membuatku sehancur ini, aku tak akan pernah mencoba sebuah pelarian yang membuatku menemukan arti dari keberadaanku saat ini.
            Kau adalah anugrah terbaik yang Tuhan kirimkan padaku setelah keluargaku dan semenjak pertemuan kita. Ada sebuah asa, Mungkin nanti kita akan seperti dulu lagi. Merajut cerita yang pernah kita lalui bersama.
            Kau, Aku dan film kita J
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar