Ini adalah sebuah cerita dimana sebuah persahabatan menjadi cinta. Ketika sayang tak bisa dipisahkan, ketika rasa tak ingin kehilangan tak dapat dihindarkan. Ketika persahabatan dipertaruhkan.
"Tidak ada Cinta di persahabatan Kita!" kalimat itu terucap dari "biak halus wahe" .. Kalimat itu seolah-olah mengusik dan membuat sedikit risih. Perjanjian seperti apa itu? Tapi memang benar yang dikatakannya bahwa timbulnya cinta diantara kami hanya akan membuat persahabatan ini hancur. Siapa yang ingin persahabatan yang dibangun ini hancur hanya karena cinta?
Cinta dalam persahabatan tak hanya membutuhkan rasa sayang namun kedewasaan yang lebih dan sadar diri bahwa persahabatan diatas segalanya. Tak banyak yang bisa menjalani cinta dalam persahabatan, apalagi ketika cinta itu mulai memudar.
Tapi bukan berarti perjanjian seperti itu bisa diterima. Bukan hanya karena Aku mencintai satu diantara kami, namun siapa yang tau kedepannya?
Siapa yang pernah berharap ada cinta diantara persahabatan? TIDAK!!! bahkan jika harus memilih lebih baik patah hati atau jatuh hati pada seorang sahabat tentu aku lebih memilih patah hati. Namun apa daya hati, hati telah dipilih dan tak bisa mengelak kembali. Tak bisa dipungkiri rasa yang telah tersemat ini tak mudah untuk diakhiri, bahkan kedewasaan dan kesadaran tak cukup untuk menghentikan perasaan ini. Aku mencintai Sahabat Ku sediri, sesaat sebelum aku benar-benar terlelap dalam mimpi tak berujung aku benar-benar telah berdoa pada Pemilik hati ini. Namun rasa tak kunjung hilang pada doa pertama dan doa ke seratusku. Sekali lagi kukatakan bahwa aku mencintaimu sahabatku. Maaf jika ini membuatmu jauh, seperti pada yang pernah aku tulis aku berjanji aku akan melupakanmu demi persahabatan kita. tapi hingga kutulis pesan ini, rasaku tak pernah berkurang terhadapmu.
Dengan Perdebatan dan "Musyang" (musyawarang anggota) akhirnya menegaskan bahwa tidak ada larangan cinta diantara kami, namun Persahabatan tetaplah yang utama. Harus sama-sama dewasa, harus sama-sama sadar.
Aku lega, karena aku masih boleh mencintaimu, namun kuberharap kedewasaa kita agar apa yang pernah kita alami tak membuat persahabatan kita putus. Meski berat bagi kita untuk melupakan itu, tapi dari tatapanmu aku berharap kita bisa menjadikan semua biasa dan bisa menjadi sahabat seperti dulu lagi.
GB & UDW
Rabu, 14 Agustus 2013
Cinta, Sahabat dan Janji
Label:
cuap-cuap teman,
cuap-cuap yang indah
Selasa, 06 Agustus 2013
Mimpi
"Carilah pacar" | "Tak perlu mencari seorang pacar, karena dia ada di sebelahku, (sambil menoleh kearahnnya, kutatap matanya) Aku mencintaimu, Bukan berarti aku menginginkan kita berpacaran namun aku hanya ingin tau apakah kau juga mencintaiku?"
Semua tampak begitu nyata bahkan aku sampai tak menyadari bahwa itu hanyalah mimpi. Ya.....Tadi malam aku memimpikan mu kawan dan cintaku, perasaan yang telah ku kubur seolah timbul kembali. Namun cukuplah aku kehilanganmu sekali saja. Aku tak mau aku kehilanganmu dengan kesalahan yang sama lagi. Sekiranya hatiku kapan, maka akan kujadikan batu agar tak ada kata cinta yang bisa mengotorinya.
Cukuplah aku sendiri, kuharap kau mengerti bahwa semua cinta ini bukanlah cinta yang inginkan hubungan yang tiada diajarkan oleh agama. Cukup kutau perasaanmu itu cukup.
Semoga kau tau dan mengerti............
GB
Semua tampak begitu nyata bahkan aku sampai tak menyadari bahwa itu hanyalah mimpi. Ya.....Tadi malam aku memimpikan mu kawan dan cintaku, perasaan yang telah ku kubur seolah timbul kembali. Namun cukuplah aku kehilanganmu sekali saja. Aku tak mau aku kehilanganmu dengan kesalahan yang sama lagi. Sekiranya hatiku kapan, maka akan kujadikan batu agar tak ada kata cinta yang bisa mengotorinya.
Cukuplah aku sendiri, kuharap kau mengerti bahwa semua cinta ini bukanlah cinta yang inginkan hubungan yang tiada diajarkan oleh agama. Cukup kutau perasaanmu itu cukup.
Semoga kau tau dan mengerti............
GB
Senin, 22 Juli 2013
---- Not Again -----
Entah berapa musim telah terlewati, berapa jauh telah berjalan dan telah berapa lama ku berlari. Terlalu banyak yang telah terjadi hingga saat semua ini dituliskan. Ketika Mawar tak lagi putih, ketika senja tak lagi jingga dan ketika mendung tak lagi gelap.
Berjalan pada tanah basah dan labil hanya akan membuat kaki menjadi lelah, tubuh menjadi merenta dan jiwa kian merapuh. Kau tak akan pernah tau apa yang tertanam ditanah hingga sebelum bunga menghisapnya lalu mati perlahan karena racunnya.
Kau tak akan bisa membayar masa mekarnya bunga ketika ia perlahan mati, kau tak akan pernah bisa mengganti bunga dengan rumput hanya karena ia menghilang dan meninggalkanmu. Tak akan ada kata andai bagiku meski sesaat setelah aku mengatakannya.
Dulu ya dulu, sekarang dan masa depan telah menanti. Semua ya telah berubah, terimakasih untuk semua kamu, dia dan Yang Kuasa telah memberi sedetik rasa sebelum aku menghapus dan meninggalkan semua. Membuangnya semua dan menjadikan putih diatas lembaran warna-warni yang pernah ada. Terimakasih Pelangi.
Dulu ya dulu, sekarang dan masa depan telah menanti. Semua ya telah berubah, terimakasih untuk semua kamu, dia dan Yang Kuasa telah memberi sedetik rasa sebelum aku menghapus dan meninggalkan semua. Membuangnya semua dan menjadikan putih diatas lembaran warna-warni yang pernah ada. Terimakasih Pelangi.
Minggu, 07 Juli 2013
I MISS YOU
Dulu paling seneng kalo
udah mau pulang liburan karena udah kebayang di Pangkalan Bun mau ngapain. Ada teman
gowes, hunting gak jelas, nongkrong, terus terawih, teman di bully dan teman
yang selalu jemputin dan semangat banget kalo udah dengar kata “sebrang”.
Dia
adalah salah satu sahabat terbaik ku, dimana kini hanya doa yang bisa
menyambungkan perhatian dan kenangan masa-masa itu. Khairun nisa/ A.K.A icun/ A.K.A
kirun. Saat ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi ini teringat kembali
bagaimana serunya saat-saat bersamanya. Dia adalah orang hebat, saat dimana aku
paling monoton dan flat-flat aja dalam menjalani hidup, ia mengajarkan aku
bagaimana mewarnai hidup. Dia yang selalu memberitahukan tempat-tempat bagus,
untuk foto....sebenarnya bukan foto-foto sih lebih tepatnya jalan gak jelas. Tapi
itu asik..
Satu
hal bahwa aku paling malas jalan tanpa tujuan dan tanpa dipaksa, suka telat dan
gak punya referensi teman yag banyak. Dia
yang selalu sabar, setiap kali ngajak jalan selalu saja memaksa, di jemputin ke
rumah terus sampe di tungguin mandi biar gak telat :D ... Terus kalo udah
kumpul kadang gak tau kemana, ujung-ujungnya kalo jalan gak jelas, kalo engga
ke sebrang kalo engga nongkrong di PI. Dan yang paling aku suka jalan dengan
dia adalah aku bisa nambah teman karena banyak banget terutama adek-adek
kelas...hahaha jadi sekaligus bisa ngeceng deh... :D
Sekarang
gak ada lagi yang bisa diajak seru-seruan. Yah, setidaknya udah kebukti kalo
dulu mau balik pasti dia udah heboh sms ato WA ato apapun buat nyusun plan
jalan tapi sekarang gak ada yang gitu.
Andai
saja Allah berkehendak lain, hhhmmmmmmmmmmmm....
But
I believe itu adalah jalan terbaik Allah untuknya...aku gak boleh egois hanya
karena aku “sayang” dia...pasti disana Allah memberikan tempat terbaik
untuknya...aminnn...
Cun, I Miss U.....gak tau apa yang harus aku lakukan tapi merindukan mu sungguh membuat ku merasa senang dan bersyukur setidaknya karena Allah telah mempertemukan kita ya walau hanya beberapa tahun saja.
Cun, I Miss U.....gak tau apa yang harus aku lakukan tapi merindukan mu sungguh membuat ku merasa senang dan bersyukur setidaknya karena Allah telah mempertemukan kita ya walau hanya beberapa tahun saja.
Semoga
kita bisa bertemu kembali di Surga Jannahnya Allah ya Cun....
I Miss You sooooo Much J
I Miss You sooooo Much J
Label:
cuap-cuap teman,
cuap-cuap yang indah
Selasa, 28 Mei 2013
Sahabat Telephone
Sahabat
Pena? Mungkin diantara kita sudah banyak yang tahu dan familiar tentang hal
tersebut. Namun bagaimana dengan sahabat telephone? Mungkin hanya saya yang
tahu.
Memang
aneh rasanya ketika kita mengenal seseorang tanpa kita tahu kapan dan dimana
mengenalnya. Saya yakin banyak diantara kita yang pernah mengenal seseorang
tanpa kita sadari proses kita mengenalnya dan bagaimana caranya hingga rasa
akrab dan percaya itu muncul. Itulah yang telah saya alami.
Internet,
itu adalah dunia yang sangat nikmat dan mengasyikkan karena disana kita bisa
menemukan kejujuran manusia, bisa mengekspresikan hal tak bisa kita lakukan di
dunia nyata dan disana pula kita bisa mengenal banyak pribadi.
Berawal
dari sebuah jejaring sosial, aku mengenalnnya. Sosok yang tak pernah aku
mengenalnya wajahnya. Hanya dari telephone saja kami berbagi, dan entah mengapa
kami begitu percaya satu sama lain tanpa ada rasa khawatir untuk satu sama lain
membocorkan cerita kami. Begitu dekat terasa hingga tak terasa kurang lebih
hampir 2 tahun kami berbicara dan berbagi tentang kehidupan. Dia yang bercerita
tentang pacarnya, keluarganya dan pekerjaannya serta hal lainnya. Semua
mengalir saja sepertinya kami adalah sahabat yang telah mengenal pribadi dan
sangat dekat.
Tidak
pernah ada cinta, tidak pernah berusaha saling cari tahu, tidak akan pernah
melakukan pertemuan, dan melakukan hal ini semua hanya demi sebuah kebutuhan
yang kami rasakan. Kebutuhan saling berbagi dan bercerita tentang kehidupan.
Aneh? Memang sangat aneh tapi aturan itulah yang kami yakini sejak awal
perkenalan kami.
WhatsApp
adalah sebuah aplikasi yang mungkin bisa melanggar hal tersebut. Setidaknya
sedikit dari janji tersebut kami langgar. Tapi apalah artinya toh pada awalnya
ini pun adalah hubungan yang terlalu serius “bagiku”. Berjalan beriringan
dengan waktu hingga ini semua terasa begitu serius bagiku. Dan membuat ini
seperti nyata.
Awal dan proses yang baik akan menghasilkan
sesuatu yang baik pula. Dan awal atau proses yang kurang baik akan menghasilkan
sesuatu yang kurang baik nantinya. Dan itulah yang aku percaya. Ini semua
adalah sesuatu yang salah, dan aku yakin hal tersebut. Dan diapun menyadarinya,
namun bukan lah hal yang mudah untuk meninggalkan kesalahan tersebut.
Setiap
manusia haruslah berubah menjadi lebih baik, dan aku mau menjalankan hal
tersebut. Entah apa itu hanya alasan ataukah bagaimana tapi yang jelas aku
yakin bahwa aku harus berubah dan salah satu caranya adalah menghentikan
hubungan kami. Aneh rasanya, kami tak saling kenal, tahu dan cinta namun ketika
aku memutuskan hubungan itu, rasanya seperti sepasang insan yang harus berpisah
jauh dan terasa berat terasa.
Malam
itu sangatlah berat, sebuah pembicaraan terakhir yang mungkin akan menjadi
pemisah kami selamanya. Sebuah kejujuran yang membuat perpisahan itu menguatkan
tanya mengapa Tuhan mempertemukan aku dengan dia. Nama kakak yang sama dengan
namaku, tau banyak tentang German dan perasaan yang tak terungkap bahwa
sepertinya kami telah melanggar janji. Tapi itulah kejujuran, Indah namun
sayang tekadku telah bulat.
Aku
tak tahu mengapa ini harus kulakukan namun aku terus saja mengikuti hati ini.
Aku yakin ketika aku menjalankan apa yang diniatkan dengan sebuah kebaikan dan
itu adalah hal benar menurut Tuhanku maka pasti Ia akan menunjukkan sesuatu
yang baik pula. Jika memang pertemuan kami adalah takdir yang Ia tuliskan
untukku maka itulah telah aku jalani, namun jika perpisahan ini hanya sebuah
egoku maka pasti akan kembali jika memang Ia tak merestui egoku.
Aku
terus saja ingin mengucapkan ini dan terus saja tanpa henti, Terimakasih
“sahabat telephone” ku. Terimakasih telah menjadi bagian dari hidupku,
terimakasih telah mengajarkan aku hidup dan kehidupan dan maaf karena
kesalahanku telah membuatmu terus saja dalam posisi yang salah. Dari awal
pertemuan, membuatmu terjatuh lalu pada akhir pertemuan membuatmu sakit.
One
daya we will meet again, jika memang kita ditakdirkan untuk terus berbagi.
Entah diluar negeri yang seperti kita cita-citakan, atau di dalam negeri tapi
yang jelas semoga ketika pertemuan itu terjadi kita bertemu dengan niat baik,
cara baik dan tujuan baik serta ada Tuhan ditengah kita sebagai saksi itu
suratan nyatanya.
Minggu, 26 Mei 2013
Mimpiku
Ini
adalah hari kesekian aku memimpikan mu. Entah terlalu lelah atau hanya sebuah
bunga tidur saja, tetapi yang jelas engkau begitu nyata dalam mimpiku. Hingga entah
mengapa aku begitu terpesona dan menganggap semua itu nyata.
Membuat
ini terpisah memang bukan hal yang mudah bagiku, sangat menyiksa dan sungguh
sangat menyakitkan. Namun inilah pilihan dengan segala resikonya, setelah aku
membuat pilihan yang salah, kini aku mencoba membuat pilihan baru, dengan
resiko aku kehilanganmu selamanya. Tak perduli seberapa besar resiko itu, toh
pada awalnya saja aku telah membuatnya menghilang. Persahabatan 14 tahun dan
kebahagiaan saat bersama dan rasa sebagai keluarga. Semua sudah hancur saat aku
salah memilih pada pilihan awal, dan pilihan ini merupakan taruhan terakhirku.
Setiap
dari kita perlu merasakan kehilangan
agar tahu artinya keberadaan. Aku selalu berusaha ada, dan mungkin ini saat nya
aku menjadi tiada. Agar aku dan kamu bisa tahu seberapa butuhnya kita satu sama
lain. Tak perduli sakitnya, namun aku lebih memilih menjadi diam meski aku
harus mengakui, aku sangat membutuhkanmu.
Aku
tak akan membebanimu dengan cinta “lagi” sedang sebuah kata saja sudah membuat
kita terpisah. Aku seperti tak mengenal dirimu lagi, padahal aku tahu siapa dan
apa dirimu. Kau begitu berbeda, sejak aku hancurkan semua. Seandainya saja hari
itu tak ada, aku hanya akan meminta kamu untuk selalu ada saja, cukup. Pesan terakhirmu
membuatku kecewa tapi tak pernah bisa aku membencinya, karena aku sadar ini
adalah suratan Tuhanku. Hanya sedikit air mata untuk menggambarkan bahwa memang
aku seorang manusia biasa.
Kita
memang begitu berbeda dalam semua awalnya hingga kita anggap perbedaan itu
adalah sebuah kesamaan antara kita nantinya. Namun waktu telah menghapus semua.
Menjadikan kita pada pribadi yang berbeda.
Aku
hanya ingin menjadi setitik embun dipagimu sekali lagi saja, menjadi tisu di
tetesan air matamu, menjadi awan di terikmu dan menjadi sebuah harapan di kala
hampamu.
Biarkan
aku menjadi lilin di gelapmu, hingga habis waktuku dan jangan pernah kau tiup
meski terang telah hamprimu. Biarkan aku menjadi wajah romantis diantara kau
dengan yang lainnya hingga habis masaku.
Namun
seandainya itu tak cukup, biarkan aku menjadi bencimu selamanya, setidaknya
hatimu telah menyimpan namaku meski kelak aku tiada.
Satu
kata yang kudaptkan darimu adalah “syukur” karena kau telah membawaku pada
sebuah pelarian yang andai kau tak pernah membuatku sehancur ini, aku tak akan
pernah mencoba sebuah pelarian yang membuatku menemukan arti dari keberadaanku
saat ini.
Kau
adalah anugrah terbaik yang Tuhan kirimkan padaku setelah keluargaku dan
semenjak pertemuan kita. Ada sebuah asa, Mungkin nanti kita akan seperti dulu
lagi. Merajut cerita yang pernah kita lalui bersama.
Kau,
Aku dan film kita J
Minggu, 19 Mei 2013
ARTI SEBUAH SAHABAT
Waw lama gak dibuka...kasian nih blog ...:D
Ada sesuautu yang penting..
Ini lebih penting dari yang penting..
Ada sesuautu yang penting..
Ini lebih penting dari yang penting..
Sudah lebih dari dua dekade aku
hidup, tapi entah seberapa lama sebenarnya aku benar-benar hidup. Saat dimana mentari
menunjukkan dirinya di ufuk timur, apakah aku benar-benar, benar melihatnya? Semua
nampak sama saja, samar dan tidak ada yang istimewa. Seperti seekor keledai
yang melewati gurun tandus dan kehilangan pemiliknya hingga hilang arah lalu
hampir mati.
Seketika itu oase di tengah gurun
hingga keledai itu mampu hidup lebih lama.
Aku pernah punya sahabat, sahabat?? Entahlah,
yang aku tahu semua orang menyebutnya demikian. Aku tak perduli apapun itu yang
aku tahu bahwa mereka telah membuatku merasa “ada”. Tak tahu berapa lama yang
lalu itu terjadi. Yang aku tahu bahwa perasaan “ada” itu sementara, ternyata
aku memang “ada”. “ada” untuk setiap yang mereka “butuhkan” ketika tidak? Entahlah
yang jelas aku tiba-tiba merasa hampa.
Lalui bulan tanpa pernah berani
melihat yang mereka sebut sebagai sahabat, aku tutup semua pintu untuk kata
tersebut. Menjadikan semua orang menjadi teman itu terdengar dan terasa lebih
indah. Tak perlu ada kekecewaan karena tak ada perasaan yang digantungkan
seutuhnya. Ketika harus terbuang, tak terlalu sakit karena pada dasarnya memang
berada dekat pembuangan.
Jalan lurus nan “terang” bagiku
sungguh nikmat, tiada berliku, kelok ataupun tanjak. Semua flat datar dan
biasa. Hingga pada suatu ketika entah darimana, mereka menganggapku sebagai
sahabat. Bagiku tak masalah, toh aku tak terlalu peduli dengan status tersebut.
Namun seiring berjalan waktu, mereka mampu membuka semua pintu yang telah
kututup tersebut. Ya aku mengakui bahwa mereka sahabatku, aku merasakan
kemabali bahwa aku benar-benar “ada”.
Saat dimana kedewasaan kian tumbuh
saat itu perhatian dan kasih sayang mereka dan aku kian erat, aku tak perduli
lagi dengan istilah sahabat. Yang jelas aku benar-benar menjadi “ada”. Bersama mereka
aku merasakan adanya keluarga baru, mereka seperti tak begitu mempermasalahkan
diamku, dan ketidak perdulianku. Mereka adalah orang-orang hebat yang mampu
membuat keledai bodoh yang telah berlumur lumppur pekat ini lebih berarti,
bersih dan berharga.
Hingga pada suatu ketika entah
mengapa kedekatan satu diantara mereka membuatku merasa sangat butuh. Aku
berkali-kali mengadu pada Tuhanku untuk menghapus semua rasa itu, semua rasa butuh
akan dirinya. Karena aku tak ingin yang lebih dari persahabatan. Rasa yang
sering teman-temanku katakan sebagai cinta.
Aku tak begitu tahu akan cinta namun
berdasarkan pencarian kata-kata para pujangga yang aku khawatirkan itu hampir
mendekati kebenaran. Ya ternyata cinta itu menurut “mereka” adalah perasaan
butuh, perasaan menggebu yang membuat benci jadi rindu dan tak ada amarah
untuknya meski sesakit apa yang kau terima. Bahkan ketika dia tertawa bahagia
bersama yang lain di hadapan tangismu.
Aku tak mau ini semua terjadi, tapi
ternyata terlambat. Berkembang sebelum taman dipersiapkan.....
Terjadilah, saat dimana aku tak
mengerti mengapa aku berani. Mengapa aku bodoh dan mengapa aku gila. Saat dimana
aku pelangi menjadi gelap, siang menjadi malam dan mawar menjadi duri. Akibat perasaan
yang aneh dan tak masuk logika membuat semuanya hancur menjadi pecah belah.
Aku patah arah, remuk dan tak tahu
untuk apa aku hidup. Perasaan yang lebih dalam dari dua bintang yang pernah aku
jatuhkan. Dunia seakan runtuh dan aku seperti orang bodoh dan zombie yang hidup
tapi tak hidup.
Saat dimana Tuhan mulai menjadi
temanku, hanya dialah yang tersisa dari apa yang aku harapkan. Hanya padanya
aku dapat bercerita semua, dan saat itulah aku mulai tersadara. Sekali lagi
arti sahabat aku dapatkan.
Dia yang seakan telah membuatku
jatuh ternyata malah membangkitkan ku, ternyata dia mengajarkan aku kehidupan. Banyak
sekali yang dia ajarkan hanya dengan rasa butuh tersebut. Mengenal Tuhan,
mengingatkan tujuan awal dan membuatku mengenal lingkungan.
Dia mungkin akan terus bersikap
seperti minyak yang bercampur air, tak pernah bisa bersatu bahkan seperti
saling bertolak. Namun dia tetaplah sahabat, sahabat yang jadi pelita, yang
membuatku merasa ada, mengingatkanku kala lupa dan membawaku lebih dewasa dan
kuat.
Aku akan terus berdoa untukmu, meski
aku tahu itu tak akan menghapus salahku karena telah punya rasa “butuh”
terhadapmu. Ini memang salahku, seharusnya bisa menahan rasa itu meski harus
menghancurkan hati. Tapi semua telah terjadi, dan aku terima semuanya.
Aku tak akan marah atas semua, semua
yang mungkin bagi sebagian orang itu sangatlah menyakitkan. Bahkan jika Tuhan
memanggilku esok, aku akan bercerita tentangmu dan sahabat kita yang lain. Sahabat
yang telah membuat aku merasa ada dan berharga. Sahabat sepertimu yang selalu
ada.
Jika saja engkau tahu, ini semua menyiksaku,
tapi aku rela. Bahkan ketika sebuah drama gila kumainkan, aku rela. Agar aku
dapat kembali ke saat dimana kita bisa tertawa lepas tanpa ada beban cinta.
Kemarin, hari ini dan esok kamu, aku
dan kita tetaplah sahabat. Satu untuk selamanya.
GB
Langganan:
Postingan (Atom)